Jakarta – Kecelakaan beruntun terjadi di Tol Cipularang KM 92, pada Senin (11/11/2024). Kejadian tersebut, menurut Kabid Humas Polda Jabar Kombes Pol Jules Abraham Abast mengatakan, kecelakaan berawal dari sebuah truk muatan yang mengalami rem blong.
Truk kemudian menghantam kendaraan yang ada di depannya, sehingga kecelakaan beruntun pun tak terelakkan.
“Rem blong itu diduga karena truk itu membawa muatan cukup banyak atau cukup berat, kemudian terjadilah tabrakan beruntun dengan kendaraan lain,” kata dia dalam keterangannya.
Sebelumnya, Investigator Senior Komite Nasional keselamatan Transportasi (KNKT), Achmad Wildan menjelaskan, sopir truk harus mengetahui cara kerja rem. Pasalnya, pada saat kendaraan bergerak di jalan mendatar dan menurun itu berbeda.
“Kalau di jalan datar, gerakan kendaraan itu dipengaruhi oleh putaran mesin. Sementara di jalan menurun, gerakan kendaraan dipengaruhi daya gravitasi,” ujar Wildan beberapa waktu lalu.
Lanjutnya, ketika sang sopir mengerem di jalan datar menggunakan service brake dengan rem pedal, maka putaran mesin menurun, berhenti, dan selesai.
Tidak demikian halnya pada saat jalan menurun. Ketika melakukan pengereman, dengan pedal kemudian roda berhenti, pedal diangkat. Itu akan didorong lagi oleh daya gravitasi. Artinya itu tidak akan selesai.
“Jadi kalau ngerem di jalan datar, gunakanlah service brake, yaitu rem pedal, rem kaki. Tapi kalau di jalan menurun jangan gunakan itu, gunakan namanya auxiliary brake, rem pembantu. Bentuknya apa? Ada engine brake, ada exhaust brake, ada namanya retarder yang terbaru,” tegasnya.
“Apa dampaknya kalau pengemudi mengabaikan hal itu? Saya beritahu, hampir 90 persen lebih kecelakaan rem blong bus dan truk terjadi di jalanan menurun dan semuanya terjadi karena pengemudi mengabaikan,” tambahnya.
3 Masalah Rem
Kemudian Wildan menjelaskan, ada tiga hal yang dihadapi pengemudi, pertama brake fading itu kampasnya panas. Ketika kampas panas jadi licin, roda tetap berputar di rem.
“Ketika saya tanya pengemudinya apa yang bapak rasakan? Saya bisa ngerem, tapi roda mutar. Contohnya kecelakaan bus Padma di Sumedang,” tegasnya.
Kedua, rem mengalami angin tekor. Cirinya, ketika pengemudi menekan pedal rem keras, dan tidak bisa diinjak. Ketiga, adalah vapor lock, yaitu minyak remnya mendidih karena kandungan airnya dalam minyak rem sangat tinggi.
“Jadi ketika seorang ngerem berkali-kali di jalan menurun, itu akan menghadapi tiga itu,” pungkasnya.