5 Kumpulan Cerita Horor Pendek, Bisa Bikin Susah Tidur!

Cerita horor pendek selalu menghadirkan ketegangan yang membuat penasaran. Mulai dari kisah misteri desa angker, teror di sekolah, hingga bisikan menakutkan di kamar. 

Saat waktu senggang ada banyak kegiatan yang bisa dilakukan, salah satunya adalah membaca cerita horor.

Horor menjadi salah satu genre cerita yang menarik untuk disimak karena menawarkan alur cerita menarik dan mendebarkan.

Menariknya, cerita ini mudah ditemukan di berbagai platform, baik buku, komik, thread, film, dan masih banyak lainnya.

Kumpulan Cerita Horor Pendek

Untuk Anda yang suka membaca cerita horor pendek, berikut lima cerita horor menarik yang bisa dibaca saat senggang:

1. Hilangnya Imah di Hutan Desa Bawah Angin

Di sebuah desa terpencil bernama Bawah Angin, terdapat sebuah hutan yang dikenal angker oleh penduduk setempat.

Tidak ada satu orangpun yang berani memasuki hutan, terutama saat matahari mulai tenggelam.

Sampai suatu hari, seorang gadis kecil berusia 7 tahun bernama Imah, anak dari Pak Sarman dan Bu Narti, mendadak menghilang tanpa jejak.

Imah diketahui sempat bermain di dekat hutan. Namun kedua orang tuanya selalu memperingatkannya untuk tidak mendekati hutan.

Namun kala itu, Imah mendengar suara tawa anak-anak dari dalam hutan. Imah yang kecil merasa penasaran dan masuk ke dalam hutan.

Imah terus berjalan mengikuti arah suara sampai tidak sadar bahwa ia berada di tengah-tengah hutan.

Saat malam tiba, Pak Sarman dan Bu Nari mulai sadar bahwa anaknya belum pulang ke rumah.

Mereka meminta bantuan warga setempat untuk mencari keberadaan putrinya ke seluruh penjuru desa.

Namun sang putri masih belum ditemukan.

Akhirnya, warga mulai mencoba memasuki hutan untuk mencari Imah.

Saat memasuki hutan, suasana terasa begitu mencekam. Hembusan angin dan suara di dalam hutan terasa sangat tidak biasa, seolah ada bisikan halus yang memenuhi udara.

Warga sempat ingin menyudahi pencarian. Tapi di tengah-tengah pencarian, mereka menemukan jejak kaki kecil yang berhenti di tepi jurang.

Mereka juga menemukan mainan kecil. Tapi bukan milik Imah. Namun mainan itu terlihat seperti mainan anak-anak zaman dahulu.

Esok harinya, warga mendatangi seorang dukun tua bernama Mbok Karti.

Dalam penglihatannya, Mbok Karti melihat bahwa hutan itu dulunya dihuni oleh arwah anak-anak yang dulu mati tenggelam di sungai.

Anak-anak itu terjebak dalam dua dunia. Setiap kali ada anak yang mendekat, mereka akan memanggilnya untuk bergabung.

“Imah… sudah diambil oleh mereka,” kata Mbok Karti dengan suara bergetar. “Dia sekarang menjadi bagian dari mereka.”

Mendengar itu, Pak Sarman dan Bu Narti tidak kuasa menahan nangis. Mereka menyadari bahwa sang putri tidak akan pernah kembali.

2. Teror Pocong dan Kuntilanak di SMA Wijaya

SMA Wijaya adalah sebuah sekolah tua di Jawa Timur yang telah berdiri sejak zaman penjajahan Belanda.

Di sekolah ini menyimpan banyak cerita misteri dan kisah hantu, seperti penampakan makhluk halus.

Semua bermula saat seorang siswa baru bernama Arif pindah ke SMA Wijaya.

Arif tidak banyak tahu tentang sejarah sekolah, namun teman-temannya sering bercerita bahwa sekolah ini angker, khususnya bangunan tua di belakang sekolah.

Di gedung itu, terdapat satu ruangan kelas yang sudah lama ditutup dengan alasan tidak jelas.

Ruangan itu selalu tertutup rapat. Namun banyak siswa yang mengaku sering mendengar suara-suara aneh dari dalamnya.

Bahkan penjaga sekolah tidak berani mendekati gedung itu setelah maghrib.

Namun Arif yang memiliki rasa penasaran tinggi, penasaran dan merasa tertantang mencari tahu kebenaran di balik cerita misterius itu.

Sampai akhirnya, Arif mengajak ketiga temannya, Doni, Rika, dan Sinta, untuk menyusuri gedung tua  itu di malam hari.

Setelah melewati gerbang, mereka berjalan menuju gedung tua. Namun langit malam itu mendung dan hembusan angin dingin membuat suasana begitu mencekam.

Setibanya di dengan ruangan mengerikan itu, Rika merasa merinding.  Udara di sekitar terasa lebih dingin dan entah mengapa, suasana berubah menjadi sangat sunyi.

Mereka mencoba membuka pintu, tetapi terkunci.

Arif yang pemberani, mencoba mendorong pintu itu dengan keras sampai terbuka dengan sendirinya.

Ruangan itu sangat gelap dan ada bau busuk menyengat yang langsung menyergap mereka.

Mereka lalu menyalakan senter dan perlahan menyusuri ruangan.

Ruang kelas itu terlihat berantakan dengan kursi-kursi yang tersusun acak dan dinding yang penuh dengan coret-coretan.

Saat mereka melangkah lebih jauh, tiba-tiba terdengar suara ketukan pelan dari jendela di belakang ruangan.

Mendadak, Rika melihat sesuatu dari sudut matanya. Ia melihat pcong yang hanya beridiri diam dan menatap kosong kepada mereka.

Tidak ada suara yang keluar dari mulutnya, namun kehadirannya membuat ruangan itu terasa semakin mencekam.

Mereka langsung berlarian keluar dengan panik. Namun saat hendak keluar, tiba-tiba terdengar suara tawa melengking dari atas langit-langit gedung.

Mereka berhenti di lorong, mencoba mencari sumber suara, dan di sana, tepat di atas mereka, seorang kuntilanak melayang dengan wajah pucat dan rambut panjang terurai.

Matanya merah menyala, dan tawa menyeramkannya menggema di seluruh gedung.

Sinta berteriak histeris, sementara Doni tersungkur ketakutan karena kuntilanak itu perlahan mendekat.

Saat kuntilanak itu hampir menyentuh mereka, tiba-tiba suara keras terdengar dari belakang—pocong yang mereka lihat di ruangan tadi melompat ke arah mereka, menghalangi jalan keluar.

Arif mencoba mengumpulkan keberaniannya, namun usahanya sia-sia.

Tak lama setelah itu, seorang pria tua muncul dari balik kegelapan. Itu adalah Pak Roso, penjaga sekolah yang misterius.

Pak Roso mengajak anak-anak itu keluar dari dalam gedung sambil membacakan doa.

Setelah sampai di tempat yang aman, Pak Roso bercerita bahwa tempat itu dulunya digunakan sebagai tempat peristirahatan terakhir seorang guru dan beberapa siswa yang tewas secara tragis dalam kecelakaan bertahun-tahun lalu.

Pocong yang mereka lihat adalah arwah guru tersebut, sementara kuntilanak adalah siswi yang tidak pernah bisa meninggalkan sekolah karena dendamnya yang belum tuntas.

Sejak saat itu, ruangan itu ditutup rapat-rapat dan tidak ada yang boleh masuk. Dan sejak malam itu, mereka tidak pernah lagi berani mendekati gedung tua itu.

3. Suara di Balik Cermin

Malam itu, Mira sedang berada di kamar kosnya yang sederhana, sendirian.

Di dalam kamar itu, terdapat sebuah cermin besar yang diletakkan di sudut ruangan yang berhadapan langsung dengan tempat tidurnya.

Sambil berbaring, Mira mendengarkan musik untuk mengusir sepi.

Tiba-tiba, musik di ponselnya mati sendiri. Saat hendak menyalakan HP, Mira mendengar suara pelan seperti seseorang yang sedang berbisik-bisik.

Ia menoleh ke jendela, namun jendela tertutup rapat. Namun suara itu semakin jelas, seolah-olah berasal dari dalam kamar.

Dengan perasaan berdebar, Mira menurunkan ponsel dan mendengarkan suara dengan lebih saksama.

Bisikan kembali terdengar dengan lebih jelas “Mira… lihat sini”.

Tubuh Mira membeku saat menyadari bahwa sumber suara itu berasal dari arah cermin kamarnya.

Dengan perlahan, Mira mengalihkan pandangannya ke cermin. Di sana, iamelihat bayangan yang mengikutigerakannya.

Bayangan itu kemudian tersenyum, bibirnya bergerak perlahan dan berkata “Aku sudah lama di sini menunggumu”.

Seketika, Mira menjerit dan lari keluar dari kamar. Sejak malam itu, dia tak pernah berani menatap cermin terlalu lama lagi.

4. Ketukan di Tengah Malam

Tina baru saja pindah ke apartemen kecil di pinggiran kota.

Malam itu, ia terbangun sekitar pukul dua pagi, karena ada suara ketukan pelan di pintu unitnya.

Tina mengira suara itu ditimbulkan oleh suara angin atau tetangga yang mungkin terjatuh di lorong. Namun suara itu terdengar lagi lebih jelas.

“Tok… Tok… Tok….”

Dengan ragu, Tina bangun dari tempat tidur dan mengintip melalui lubang pintu. Namun tidak ada siapapun di luar sana.

Tina yang penasaran, mencoba membuka pintu apartemennya untuk melihat. Namun lorong kosong, tidak ada siapapun di sana.

Setelah ia menutup pintu, Tina kembali mendengar suara bisik di belakangnya, “Aku sudah masuk”.

5. Boneka di Sudut Kamar

Dina adalah seorang gadis berusia 6 tahun yang baru saja menerima boneka kayu tua dari temannya sebagai hadiah ulang tahun.

Boneka kayu itu memiliki wajah tersenyum kaku dan mata hitam kecil yang menatap tajam.

Dina tidak begitu menyukai boneka. Tapi karena boneka itu didapat dari hadiah, ia tetap menyimpannya di kamar.

Malam itu, saat Dina belajar di meja, ia merasa sedang diawasi oleh seseorang.

Ia menoleh ke arah boneka yang disimpannya. Meski tidak bergerak, boneka itu seolah-olah memiliki tatapan yang hidup.

Dina lalu meyakinkan diri bahwa itu hanya perasaannya saja.

Setelah selesai belajar, Dina memutuskan untuk tidur. Namun hal menyeramkan terjadi.

Setiap Dina menoleh, boneka itu terasa semakin mendekat. Dina lagi-lagi meyakinkan diri bahwa itu perasaannya saja.

Namun saat ia memutuskan untuk tidur, hal yang lebih menyeramkan terjadi.

Di tengah malah, Dina terbangun dengan perasaan aneh.

Matanya terbuka perlahan dan ia melihat boneka kayu itu berdiri tegak dan tersenyum lebar kepadanya sambil berkata “Mainkan aku…”