7 Cerita Horor Kisah Nyata Panjang dan Pendek di Indonesia

Jogja – Cerita horor kisah nyata selalu punya tempat tersendiri di hati para pencinta misteri. Tak sedikit orang yang merinding membaca kisah-kisah menyeramkan yang benar-benar terjadi, apalagi jika lokasinya tidak jauh dari tempat tinggal kita sendiri. Suasana yang mencekam, kejadian yang tak bisa dijelaskan secara logika, hingga sosok-sosok tak kasat mata menjadi elemen yang membuat cerita-cerita ini begitu menarik untuk disimak.
Indonesia sendiri dikenal sebagai negara yang kaya akan budaya dan kepercayaan mistis. Dari desa-desa yang masih memegang teguh adat leluhur, hingga kota-kota besar yang diam-diam menyimpan banyak rahasia kelam, cerita-cerita seram selalu muncul dan berkembang di tengah masyarakat. Baik itu dari pengalaman pribadi, cerita turun-temurun, atau bahkan peristiwa misterius yang sempat viral.

Penasaran dengan cerita horor kisah nyata di Indonesia

detikers? Kali ini, detikJogja akan membagikan sejumlah kisah horor yang pendek dan panjang. Yuk, simak

Cerita Horor Kisah Nyata Panjang dan Pendek di Indonesia
1. Foto Berhantu di Lawang Sewu
Banyak cerita misteri menyelimuti Lawang Sewu, gedung tua berarsitektur megah di Semarang yang menyimpan sejarah panjang. Keangkerannya bahkan menjadi daya tarik bagi para pengunjung yang penasaran dengan nuansa gaib yang menyelimuti setiap sudutnya.

Salah satu kisah nyata dialami oleh Adi Purwantoro, warga Bukit Kencana Jaya, Semarang, yang disampaikan dalam buku Kumpulan Kisah Nyata Hantu di 13 Kota tulisan Argo Wikanjati. Saat mengikuti sebuah pameran di gedung tersebut bersama rekan kerja dari Sigar Bencah Keramik, Adi berniat mengabadikan momen di depan pintu utama Lawang Sewu. Ia pun membawa kamera digital dari rumah untuk memotret dirinya

Setibanya di lokasi, Adi meminta seorang teman untuk memotret dirinya sebanyak lima kali pada sudut yang sama. Namun, saat mentransfer hasil foto ke komputer di kantornya, ia dibuat terkejut oleh salah satu hasil jepretan yang memperlihatkan dua bayangan samar yang tidak dikenalnya. Padahal, empat foto lainnya sama sekali tidak menunjukkan penampakan tersebut.

Penasaran, Adi mencetak foto tersebut dan membawanya ke juru kunci Lawang Sewu, Mbah Bejo. Menurut Mbah Bejo, bayangan misterius itu diyakini sebagai makhluk gaib, bahkan disebut-sebut sebagai sosok tentara Jepang yang pernah dibantai di gedung itu pada masa lalu.

Adi sendiri mengaku sejak pertama kali melangkah masuk ke Lawang Sewu, ia sudah merasakan suasana yang berbeda, seperti ada energi magis yang menyelimuti. Meski begitu, ia tidak merasa takut karena meyakini bahwa setiap tempat memang memiliki penghuni gaib.

Justru, rasa penasaran pada cerita-cerita horor itulah yang membuat banyak orang tertarik datang dan membuktikan langsung. Di balik kisah-kisah seramnya, Lawang Sewu tetap menyimpan keindahan dan nilai sejarah tinggi, dan kini menjadi salah satu bangunan kuno yang dilindungi dan dibanggakan oleh Kota Semarang.

2. Keponakanku Diculik Wewe Gombel
Kemudian dikutip dari buku Horor 13 tulisan Ajen Dianawati, ada juga kisah nyata mengenai keponakan yang diculik oleh wewe gombel. Penasaran seperti apa kisahnya?

Menjelang Maghrib, suasana kampung biasanya mulai sepi. Warga yang memiliki anak kecil akan segera mengajak anak-anak masuk rumah dan menutup rapat pintu. Di kampung kami, itu sudah seperti aturan tak tertulis. Semua karena cerita menyeramkan tentang hantu wewe gombel yang dipercaya suka menculik anak kecil di waktu senja.

Tapi keponakanku, Zaki, seolah tak percaya dengan cerita itu. Usianya baru enam tahun, dan hari itu ia pulang dari mengaji agak terlambat karena mengikuti acara ulang tahun temannya. Jalan pulang yang harus dilewati melewati perkebunan aren yang sunyi dan gelap.

Ibunya, bibiku, menunggu cemas di rumah. Saat malam tiba dan Zaki belum juga pulang, keresahan berubah jadi kepanikan. Bersama suaminya, mereka mulai mencari ke rumah teman-teman Zaki, tapi hasilnya nihil. Ketika jam menunjukkan pukul sepuluh malam, warga pun turun tangan membantu pencarian.

Isu yang beredar, Zaki diculik wewe gombel. Salah satu tetangga menyarankan untuk memanggil Pak Ijal, sesepuh desa yang dikenal punya mata batin. Menurut Pak Ijal, Zaki tak jauh dari rumah, ia berada di area kebun aren. Warga pun membawa obor dan peralatan dapur, mengetuk-ngetukkannya sambil memanggil nama Zaki.

Tiba-tiba, paman melihat sepeda Zaki di tanah, dan tak lama kemudian, seseorang melihat ke atas pohon. Zaki ada di sana! Wajahnya pucat, tubuhnya berlumpur, dan bajunya bukan yang dikenakannya pagi tadi. Ia dibawa pulang dengan penuh haru. Setelah tenang dan diruqyah Pak Ijal, Zaki akhirnya bercerita.

Di kebun, ia mendengar suara cekikikan dan melihat sosok wanita cantik di balik pohon. Wanita itu tersenyum dan tiba-tiba membawanya terbang ke atas pohon tinggi, lalu memeluknya erat sambil menawarkan makanan dan minuman. Untungnya Zaki menolak semua itu.

Menurut Pak Ijal, jika Zaki sempat menyentuh makanan atau minuman dari makhluk itu, ia bisa menjadi bisu seumur hidup. Konon, makanan itu sebenarnya adalah kotoran manusia, yang disulap agar tampak lezat.

Sosok hantu itu dipercaya sebagai arwah Omas, wanita mandul yang dulu dibuang suaminya dan akhirnya bunuh diri secara tragis. Karena kerinduan mendalam akan anak, arwahnya terus bergentayangan menculik anak-anak yang dianggapnya bisa menjadi pengganti anak kandung yang tak pernah ia miliki.

Peristiwa ini membuat warga kampung semakin waspada. Kini semua anak diwajibkan pulang sebelum Maghrib, dan setiap malam Jumat, pengajian rutin digelar untuk mendoakan arwah Omas agar dapat beristirahat dengan tenang.

3. Petaka Dukun Beranak
Kisah horor nyata selanjutnya dikutip dari buku Mereka Ada yang ditulis oleh MWV Mystic. Kali ini, ada kisah tentang dukun beranak. Mari kita simak kisahnya!

Cerita ini datang dari sudut pandangku, seorang anak dari keluarga yang turun-temurun berprofesi sebagai dukun bayi. Sejak kecil, aku sudah terbiasa dengan dunia yang tak kasat mata. Tapi pengalaman aneh yang mengubah hidupku dimulai saat aku berumur 10 tahun.

Waktu itu, aku bersama ibu dan paman pergi ke Desa Majasto, Sukoharjo, kampung halaman Mbah Buyut. Di perjalanan, paman tiba-tiba berkata, “Si Dimas dipegangi Mbaureksone, senang sama howone anakmu.” Tak lama setelah kami melewati gapura desa, aku melihat sosok kakek berambut putih melayang, mengejar motor kami sambil meraih tanganku. Aku yang masih polos menyambut tangannya. Seketika, motor kami jatuh meski jalanan mulus. Pamanku langsung menarikku dan berkata pelan kepada sosok itu, “Maaf, bocah ini turunane wong kene, ampun diganggu.” Kakek itu menyeringai… lalu lenyap.

Sesampainya di rumah Mbah Buyut, aku terkesima. Rumah itu reyot dan menyeramkan. Ibuku menegurku agar tidak bicara sembarangan. Saat itu, hal ganjil kembali terjadi. Mbah Buyut yang sudah sangat tua, tiba-tiba berlari lincah ke dapur, padahal mestinya tak mampu berjalan jauh. Anehnya, saat ibu memanggil dari dapur, suara Mbah menjawab dari kamar.

Kami pun masuk ke kamar itu, dan aku disuruh menghisap rokok dari daun jagung. Setelahnya, pandanganku berubah, sosok kakek tadi kembali muncul, ditemani perempuan berbaju merah dan beberapa anak kecil yang menatapku. Mereka bukan manusia.

Kami pulang dengan membawa sesuatu dalam bungkusan misterius. Tak lama setelah kunjungan itu, Mbah Buyut wafat. Lalu anehnya, ibuku tiba-tiba bisa memijat dan menjadi dukun bayi, tanpa pernah belajar. Seminggu kemudian, keadaan ibu memburuk. Saat aku membuka lemari yang berguncang di kamarnya, aku menemukan bungkusan berisi batu hitam dan dua tulang seperti cakar ayam. Saat aku mengeluarkannya, lemari berhenti berguncang.

Malamnya, aroma amis dan bunga tercium kuat dari kamar ibu. Di sana, tiga sosok yang sama muncul kembali, kali ini dengan wajah marah. Mereka mendekatiku. Saat aku mundur ketakutan, Mbahku datang, mengambil bungkusan tadi dan menutup pintu kamar. Ibu yang makin lemah sempat berkata, “Le, maaf… sok gak iso ngancani pas koe rabi.” Lalu, pada pukul 11.45 malam, ibu meninggal dunia.

Tiga sosok gaib itu berdiri di samping jenazah ibu, lalu pergi begitu saja. Tak lama, Mbah berkata, “Anakku wedok mati. Let sedelok lag aku genti.” Dan benar, 14 hari kemudian, Mbah menyusul ibu. Semuanya terjadi dengan kejadian yang sama, kesurupan, aroma aneh, dan kemunculan tiga sosok itu lagi.

Saat rumah dibersihkan, ditemukanlah roti yang hilang saat pengajian kematian ibu, ternyata tersimpan dalam lemari Mbah, dibungkus kain mori. Paman membuang bungkusan hitam berisi benda gaib itu.

Kami kira semuanya selesai.

Tapi tidak.

Ketiga sosok itu tak pernah benar-benar pergi. Mereka masih mencariku. Mencari siapa yang pantas melanjutkan warisan keluarga sebagai penjaga mereka.

Dan mungkin… mereka sudah memilih.

4. Kesalahan Fatal
Masih dari buku Mereka Ada karya MWV Mystic, berikut ini merupakan kisah horor nyata yang berjudul Kesalahan Fatal.

Saat berusia 14 tahun, aku terjebak dalam dunia kelam keluargaku yang erat dengan praktik musyrik. Aku adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Keluarga dari pihak Ibu memegang teguh adat Jawa, sementara pihak Bapak adalah orang yang sangat religius. Dari sinilah benturan besar dalam keluargaku dimulai.

Semuanya bermula saat aku melihat seorang ‘kakek’ meludahi mentimun di lemari Mbah, yang seketika berubah menjadi Mbahku. Keesokan harinya, aku menceritakan kejadian itu kepada Paman. Tak disangka, Paman malah bertengkar hebat dengan Bapak hingga nyaris saling membunuh. Meski Bapak membacok Paman, tak ada luka sedikit pun di tubuhnya. Justru Bapak yang terluka parah, memuntahkan darah setelah didorong Paman.

Beberapa hari setelah kejadian itu, saat rumah sepi, Paman mengajakku ke rumahnya di Palur, Solo. Di sanalah segalanya berubah. Aku dihisap ke dunia tak kasat mata, melihat makhluk-makhluk gaib menyeramkan, bahkan anak kecil bermain dengan potongan kepala. Aku ketakutan, pingsan, dan sejak saat itu mulai belajar “ilmu” dari Paman.

Semua semakin dalam ketika kami berziarah ke makam Mbah Buyut di Majasto. Di sana aku diberi batu putih yang konon bisa memberi “kekuatan”, dan mata batinku dibuka kembali. Aku mulai sering mengikuti Paman ke tempat-tempat angker, merasa kuat dan tak terkalahkan. Tapi dalam hati kecilku, ada kekosongan.

Sampai akhirnya, aku bertemu kembali dengan Bapak. Dengan emosional, aku menuntut alasan perceraian orangtuaku. Di situlah Bapak mengungkap semuanya, bahwa aku dulu lahir sungsang dan hampir mati, tapi diberi kesempatan hidup kembali oleh Allah. Harapannya, aku akan jadi anak yang lurus. Tapi aku malah mengikuti jejak musyrik keluarganya. Bapak bercerita bagaimana dia sering menjadi korban “balasan” dari perbuatan mereka, muntah darah, bahkan cacing.

Puncaknya, aku memutuskan untuk bertaubat dan membuang batu putih itu ke Sungai Bengawan Solo. Tapi malamnya, sosok wanita bergigi taring muncul dan membuatku kesurupan. Setelah sadar, aku disudutkan oleh keluarga sendiri. Bahkan Paman dan Kakak menganggapku pengkhianat, dan mereka menolak membantuku lagi.

Akhirnya aku memutuskan pergi dari rumah, hanya diantar oleh Ibu sampai depan rumah. Saat berpamitan, sosok ‘kakek’ yang dulu kulihat kembali muncul, seolah menandakan bahwa aku belum selesai dengan dunia lama itu. Tapi aku sudah mantap. Aku ingin hijrah. Aku ingin menyusul Bapak ke Surabaya, memulai hidup baru.

Cerita ini adalah kisah nyata, bukan dongeng atau film horor. Ini adalah potongan hidup yang aku alami sendiri. Semoga bisa jadi pengingat, bahwa ketika kita salah langkah, jalan untuk kembali mungkin sulit… tapi bukan tidak mungkin. Jangan pernah remehkan kekuatan keimanan, karena itu satu-satunya pagar pelindung dari kesalahan fatal yang mungkin tak bisa diperbaiki lagi.

5. Sekilas Bayangan Mak Lampir
Ini merupakan salah satu kisah horor nyata yang dikutip dari buku Kumpulan Kisah Alam Gaib tulisan Tri Wahyono.

Masa kecil sering dianggap sebagai masa paling indah dalam hidup, meskipun permainan dan hiburan saat itu tidak secanggih sekarang. Anak-anak tetap menikmati hidup dengan bermain bersama penuh suka cita. Permainan tradisional seperti gobag sodor, jethungan, cublak-cublak suweng, jamuran, nini thowok, sundhah mandhah, sur-suran, soyang, dan ingkling menjadi bagian dari keseharian mereka. Permainan ini bahkan bisa menjadi ajang unjuk bakat di bidang olahraga dan biasanya semakin meriah saat bulan purnama atau ketika hari libur tiba.

Beberapa permainan tradisional masih tetap lestari hingga kini. Ada lembaga-lembaga tertentu yang sengaja melestarikannya demi menjaga nilai-nilai budaya di tengah kuatnya pengaruh budaya asing. Selain itu, ruang bermain anak-anak kini semakin terbatas karena banyak lahan yang sudah berubah menjadi gedung-gedung tinggi.

Di balik kenangan masa kecil yang indah, ada pula pengalaman mistis yang dialami sebagian anak, seperti yang dialami oleh Santo, seorang anak dari desa kecil di Palembang sekitar dua belas tahun yang lalu. Saat itu Santo masih duduk di bangku sekolah dasar dan desa tempat tinggalnya belum terjangkau listrik. Pada malam hari, satu-satunya penerangan hanyalah lampu minyak.

Santo dan teman-temannya sering bermain hingga malam hari. Mereka bahkan sering berkeliling desa menggunakan sepeda. Ketika bersama-sama, rasa takut nyaris tidak pernah muncul, bahkan saat melewati tempat angker. Namun, situasinya berubah saat Santo harus menghadapi malam sendirian.

Pada suatu malam, setelah menonton acara televisi favorit yang menggunakan aki mobil sebagai sumber energi, Santo memutuskan untuk pulang sendiri. Tidak ada satu pun temannya yang ingin ikut. Perjalanan pulang sejauh dua kilometer harus ia tempuh sendirian. Walau sempat ragu, rasa malu dianggap penakut membuatnya terus melangkah.

Perjalanan terasa biasa saja hingga Santo melewati gedung sekolah dasar yang dikenal angker. Konon, tempat itu dihuni oleh arwah anak-anak kecil berkepala merah. Santo mencoba meyakinkan diri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun, belum jauh ia melangkah, bulu kuduknya tiba-tiba berdiri dan perasaan takut mulai muncul.

Di depannya muncul sosok perempuan berbayang hitam. Jubah hitam pekat menutupi tubuh perempuan itu. Santo tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Tubuhnya kaku, kakinya sulit digerakkan, dan jantungnya berdegup kencang. Ketika yakin bahwa sosok itu bukan manusia biasa, ia langsung berlari sekuat tenaga. Wajahnya pucat dan pikirannya kacau.

Pengalaman itu menjadi pertemuan pertamanya dengan makhluk gaib. Sampai sekarang Santo masih yakin bahwa sosok yang dilihatnya adalah makhluk halus penunggu gedung tua. Keyakinan ini diperkuat karena tidak ada satu pun warga desa yang mengenali sosok perempuan tersebut.

6. Wabah Tuyul Usil
Masih dari buku Kumpulan Kisah Alam Gaib tulisan Tri Wahyono, kisah horor kali ini menceritakan tentang tuyul. Seperti apa kisah lengkapnya?

Sekitar tiga tahun lalu, desaku mengalami musibah besar yang membuat warga resah. Musibah ini bukan berupa bencana alam atau wabah penyakit seperti yang biasa diberitakan di media, melainkan hilangnya uang secara misterius dari banyak warga. Hampir setiap orang di desa kehilangan uang, mulai dari pecahan kecil hingga ratusan ribu rupiah. Banyak yang menduga kejadian ini disebabkan oleh tuyul.

Para korban berasal dari berbagai kalangan, termasuk orang-orang kecil dengan penghasilan terbatas. Salah satunya adalah Mbok Pawiro yang kehilangan uang sebesar tujuh belas ribu rupiah. Ia sehari-hari berjualan tempe di pasar dan jumlah uang itu sangat berarti baginya. Mbok Pawiro yakin uangnya hilang secara gaib.

Desas-desus tentang tuyul itu cepat menyebar. Warga mulai mencurigai dua orang, yakni Pak Jonponi dan Bu Saiji. Tuduhan ini muncul karena ada yang pernah melihat mereka pergi ke makam Pangeran Samudra. Setelah kejadian itu, kehidupan keduanya berubah drastis. Mereka menjadi kaya dan memiliki banyak sawah. Konon, di rumah mereka ada brankas berisi uang dan setiap malam selepas maghrib mereka selalu meletakkan bunga kantil di atasnya sebagai sajian.

Menanggapi keresahan warga, kepala desa yang dikenal saleh dan pernah nyantri di Pondok Watu Congol Magelang pun bertindak. Beliau merasa prihatin dan berupaya membantu. Secara diam-diam, Pak Kades berhasil menangkap tuyul yang diduga milik Pak Jonponi. Ia kemudian memberi peringatan agar tuyul itu diambil dalam waktu tiga hari, jika tidak maka akan dibuang ke Laut Selatan.

Namun, hingga lima hari berlalu, Pak Jonponi tidak juga datang. Akhirnya Pak Kades membuang tuyul itu ke laut seperti yang telah dikatakannya. Sejak saat itu, tidak ada lagi warga yang kehilangan uang. Hal ini memperkuat dugaan bahwa tuyul itu memang benar milik Pak Jonponi.

Sementara itu, setelah mendengar tuyul milik Pak Jonponi ditangkap, Bu Saiji merasa takut. Tanpa perlu diperingatkan, ia akhirnya mengakui perbuatannya dan membuang tuyul miliknya ke Laut Selatan.

Kepala desa memang dikenal memiliki kekuatan spiritual. Mungkin karena itulah ia mampu membantu warga mengatasi gangguan makhluk halus. Percaya atau tidak, kisah ini benar-benar terjadi di desaku.

7. Gadis Cantik Jembatan Gondolayu
Kembali disadur dari Kumpulan Kisah Alam Gaib tulisan Tri Wahyono, kali ini ada cerita horor yang berasal dari tengah Kota Jogja, tepatnya dari jembatan Gondolayu. Mari kita simak kisahnya!

Pengalaman mistis bisa menimpa siapa saja, tanpa memandang status atau profesi. Hal ini juga dialami oleh Sersan Aryono, seorang anggota kepolisian yang sudah lama bertugas di berbagai wilayah Yogyakarta. Saat itu, beliau masih aktif berdinas dan tinggal di Godean. Setiap hari, ia harus menempuh perjalanan sejauh lima belas kilometer menggunakan sepeda motor untuk ke tempat kerja.

Suatu malam sekitar pukul tujuh, Pak Aryono mendapat tugas dari atasannya untuk mengantarkan surat penting ke Kapolsek Prambanan. Karena saat itu alat komunikasi masih terbatas, pengiriman surat pun harus dilakukan secara langsung. Tanpa menunda waktu, ia berangkat menggunakan motor tuanya yang masih dalam kondisi prima. Dalam waktu sekitar dua puluh menit, ia tiba di tujuan dan menyerahkan surat tersebut kepada petugas piket. Setelah menyelesaikan tugasnya, ia segera pulang dengan perasaan lega.

Namun, di perjalanan pulang, tepatnya di daerah Jetis dekat percetakan KR Kalitirto, ia dihentikan oleh seorang gadis berseragam putih mirip perawat. Gadis itu meminta untuk ikut menumpang ke arah Yogyakarta. Pak Aryono mengizinkannya dan gadis itu langsung duduk di boncengan. Selama perjalanan, gadis itu hanya diam dan tidak merespons pertanyaan. Yang dirasakan Pak Aryono hanyalah hawa dingin yang menyelimuti punggungnya.

Ketika mereka hampir sampai di Jembatan Gondolayu, gadis itu meminta turun di sana. Saat Pak Aryono menghentikan motornya dan menoleh ke belakang, ia terkejut karena gadis itu sudah tidak ada. Hilangnya gadis tersebut begitu cepat dan misterius. Pak Aryono pun terdiam kebingungan.

Menurut cerita warga, Jembatan Gondolayu dikenal angker dan pernah menjadi lokasi peristiwa bunuh diri. Pak Aryono mulai bertanya-tanya apakah gadis yang diboncengnya itu adalah arwah dari korban bunuh diri tersebut. Sampai kini, kejadian itu tetap menjadi misteri baginya.