Misteri Masjid Bangsa Jin 1: Tak Bisa Dilihat dengan Kasat Mata, Kadang Sunyi tapi Kadang Ramai
Kumpulan cerita horor dan mistis, misteri masjid bangsa jin, tak bisa dilihat kasat mata, kadang sunyi kadang ramai.
Antara manusia dan jin memang makhuk yang berbeda dalam sifatnya.
Jika manusia merupakan makhluk kasar dalam arti dapat dilihat dan diraba oleh panca indra,
sedangkan bangsa jin merupakan makhluk goib dalam arti yang tidak dapat diraba atau dilihat oleh panca indra manusia.
Namun keduanya mempunyai hubungan yang dekat, bahkan antara manusia dan bangsa jin sama-sama makhluk yang mempunyai kewajiban untuk berbakti menyembah pada Yang Maha Kuasa.
Maka terkadang antara dua jenis makhuk ini bisa saling berinteraksi baik sengaja maupun tidak sengaja.
Seperti dalam kisah ini, konon menurut obrolan orang-orang sekitar bahwa di daerah Sekempot ada masjid jin, namun tidak sembarang orang yang bisa melihat.
Hanya orang-orang yang mempuyai kemampuan linuwih yang dapat menerawangnya.
Namun jika dikehendaki orang biasa pun dapat melihatnya.
Setiap orang yang lewat daerah itu akan merasakan pengalaman yang berbeda-beda.
Ada yang merasakan bahwa daerah itu terkesan sangat sunyi, meskipun terletak di pinggir jalan desa yang cukup ramai.
Ada yang merasakan bahwa daerah itu terasa ramai meskipun pada kenyataanya daerah itu jauh dari pemukiman.
Kejadian yang aneh-aneh sering dialami oleh orang-orang yang lewat derah tersebut.
Konon ada yang mendengar bunyi orang mandi di bawah jembatan mekipun itu musim ketigo (kekeringan).
Mendengar cerita itu membuat setiap orang yang lewat daerah tersebut akan berpikir ulang, apalagi jika musim penghujan dan sudah mendekati Magrib,
maka suasana akan semakian membuat bulu kuduk berdiri dan mengecilkan nyali untuk lewat.
Namun karena daerah tersebut merupakan jalan utama menuju sekitar 5 desa yang ada di sebelah utaranya makam, para penduduk terpaksa harus melewatinya.
Tersebutlah seorang gadis berumuran 20 tahun berinisial Nur pergi merantau ke Jakarta untuk mencari pengalaman sekaligus membantu orang tuanya mencari nafkah.
Karena kebetulan mereka 5 bersaudara dan ayah mereka telah tiada, seningga ia berinisiatif untuk pergi sekadar meringankan beban ibunya untuk menghidupi adik-adiknya yang masih kecil.
Konon setelah beberapa tahun tinggal di Jakarta ia ingin pulang ke kampung,
entah karena macet atau persoalan lainnya ia pulang ke kampung sudah sore dan mendekati Magrib,
ia pun berjalan ke arah utara menuju kampung halamannya,
tak disangka waktu Magrib telah tiba sebelum sampai di rumah.
(Dikisahkan kembali oleh Gogon di Koran Merapi, Pencinta Mistik Jawa tinggal di Purworejo Jawa Tengah) *