Kembalinya Korfball Indonesia di PON XXI, Sejarah dan Harapan

Kembalinya Korfball Indonesia di PON XXI, Sejarah dan Harapan

Banda Aceh, Memupuk kembali olahraga yang sempat tidak berkembang setelah era penjajahan Belanda, menjadi tonggak penting bagi pemain korfball Indonesia. Salah satu atlet yang merasakan sukacita tersebut adalah Adelia Rahma Zalianty, seorang pemain berusia 18 tahun yang baru saja menorehkan prestasi gemilang. Medali emas yang ia raih saat memimpin tim korfball Jakarta mengalahkan Jawa Barat dengan skor akhir 16-10 dalam pertandingan final, menandakan kebangkitan olahraga yang telah lama terabaikan ini.

Adelia, dengan postur tubuh yang kecil dan rambut yang dikuncir ke belakang, mengenakan nomor punggung dua saat pertandingan. Dalam permainan

, nomor ini tidak hanya menandakan posisi bertahan, tetapi juga menunjukkan kemampuan untuk menyerang. Kehebatannya dalam mencetak angka menjadikan dia salah satu pilar penting bagi timnya, dengan hampir setengah dari total skor Jakarta pada final tersebut berasal dari usaha dan kemahirannya.

Keberhasilan Adelia dan ratusan atlet korfball lainnya yang turut serta dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI ini menandai kembalinya olahraga tersebut ke panggung kompetisi setelah terhenti beberapa dekade. Pada era penjajahan Belanda,

sempat digelar dalam PON pertama hingga keempat. Namun, setelah Belanda meninggalkan Indonesia, olahraga ini tidak lagi dipertandingkan, yang mengakibatkan lenyapnya minat dan ajarannya di dalam negeri.

Kini, dengan resminya

kembali hadir dalam PON Aceh-Sumatera Utara, harapan untuk kelanjutan olahraga ini hingga PON mendatang mulai tumbuh. “Kami sangat senang korfball ada lagi di PON. Semoga ini bisa menjadi langkah awal yang berkelanjutan,” ungkap Adelia penuh semangat.

Dalam PON XXI ini,

dipertandingkan dalam tiga kategori, yaitu K8 (delapan lawan delapan), K4-2 (empat lawan empat dengan dua tiang), dan K4-1 (empat lawan empat dengan satu tiang). Kesepuluh provinsi yang berpartisipasi adalah Kalimantan Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, DIY Yogyakarta, Aceh, Bali, Jakarta, Lampung, dan Sumatera Barat.

Olahraga ini diciptakan di Belanda pada tahun 1902 dan menjadi salah satu cabang pendiri Ikatan Sport Indonesia (ISI) pada tahun 1938, yang kelak menjadi cikal bakal Komite Olahraga Nasional (KONI) Indonesia. Meskipun terhenti setelah PON keempat,

kembali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1983 berkat upaya tokoh pendiri Surowo Abdul Manaf.

Melalui kebangkitan dan partisipasi aktif ini, PP PKSI (Pengurus Pusat Persatuan Korfball Seluruh Indonesia) memilih Aceh sebagai lokasi strategis untuk memulai kembali olahraga ini. “Kami berharap untuk tidak hanya mengembalikan warisan olahraga ini, tetapi juga membuatnya kembali populer di kalangan masyarakat luas,” jelas salah satu pengurus.

Korfball

merupakan olahraga yang mengutamakan kolaborasi antara pemain laki-laki dan perempuan, meningkatkan konsep sportivitas dan kesetaraan gender. Setiap tim pada kategori K8 misalnya, terdiri dari empat pria dan empat wanita, dengan aturan main yang unik dimana pemain hanya boleh menjaga sesama jenis.

Selama pelaksanaan PON XXI, perlombaan

berlangsung di GOR Merah Putih, Kota Sabang, Aceh dari tanggal 9 hingga 16 September 2024. Antusiasme masyarakat terlihat jelas saat mereka menyaksikan pertandingan, menciptakan atmosfer yang hidup dan menarik perhatian banyak orang.

Kegiatan ini tidak hanya menjadi peluang bagi

untuk dikenal kembali tetapi juga sebagai sarana untuk menyeleksi atlet berpotensi yang akan memperkuat tim nasional dalam kejuaraan mendatang, termasuk persiapan menuju

Sea Games

2025. “Momen ini sangat bersejarah bagi

Indonesia. Kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi pada kelancaran acara,” ujar Ketua Umum PP PKSI, Rian Putra Utama.

Di masa depan,

korfball

berencana untuk memperkenalkan satu kategori baru, yaitu

atau korfball pantai, sebagai bagian dari upaya untuk memperluas jangkauan dan popularitas olahraga ini. Dengan semua usaha ini, harapannya adalah olahraga ini tidak hanya kembali membumi di Indonesia, tetapi juga meraih prestasi di kancah internasional.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *